Monday, January 23, 2017

Skripsi DM


HUBUNGAN KEPATUHAN DIIT DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGDADAP
KABUPATEN PEKALONGAN


Proposal Skripsi




ADIN SUTANTO
NIM : 1507063



PROGRAM  STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2016

HALAMAN PERSETUJUAN



Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi  Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Karya Husada Semarang
     




Pembimbing I


Ns. Witri Hastuti, M. Kep
 
Pembimbing II


Ns. Sonhaji, S.Kep
 
 



 KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judulHubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
Terselesainya proposal ini tidak lepas dari peran banyak pihak yang membantu  baik dalam bantuan moral maupun materi. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Dr. Ns. Fery Agusman, MM., M.Kep., Sp.Kom selaku ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Karya Husada Semarang.
2.        Ibu Ns. Witri Hastuti, M.Kep, selaku ketua program S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Semarang dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan
3.        Bapak Ns. Sonhaji, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran sehingga terselesainya  proposal ini.
4.        drg. M. Asmuni,  selaku kepala Puskemas Karangdadap Kabupaten Pekalongan yang telah memberi izin untuk pengambilan data.
5.        Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya  peneliti berharap saran dan kritik pembaca untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.
Pekalongan,     Nopember  2016
      Peneliti

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...................................................................................            i
LEMBAR  PERSETUJUAN .......................................................................           ii
KATA PENGANTAR .................................................................................          iii
DAFTAR ISI ................................................................................................          iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................          vi
DAFTAR GAMBAR  ..................................................................................         vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................        viii

BAB I.   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..........................................................................           1
B.     Rumusan Masalah ....................................................................           3
C.     Tujuan Penelitian .....................................................................           3
D.    Manfaat Penelitian ...................................................................           4
E.     Keaslian Penelitian  ..................................................................           4
BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Teori  .........................................................................           7
B.     Kerangka Teori     ....................................................................         22
C.     Kerangka Konsep Penelitian    .................................................         23
D.    Variabel Penelitian ...................................................................         23
E.     Hipotesis Penelitian .................................................................         23

BAB III............................................................... METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Desain Penelitian   ....................................................         24
B.     Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................         24
C.      Definisi Operasional  ...............................................................         24
D.    Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...................................         25
E.     Instrumen Penelitian ................................................................         28
F.      Teknik Pengumpulan Data .......................................................         29
G.    Metode Pengolahan Data ........................................................         30
H.    Analisa  Data ...........................................................................         32
I.       Etika Penelitian ........................................................................         32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL


Tabel 1.1      Keaslian   Penelitian..................................................................           4

Tabel 3.1      Definisi Operasional ................................................................         24





DAFTAR GAMBAR


Gambar 2.1  Kerangka Teori    .....................................................................         22

Gambar 2.2  Kerangka Konsep Penelitian.....................................................         23



DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1      Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 2      Permohonan Menjadi Responden               

Lampiran 3      Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4      Kuesioner

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus dapat dikatakan sebagai keadaan di mana kadar gula darah meninggi akibat kekurangan insulin yang diakibatkan karena banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, gula dalam darah tidak dapat maksimal masuk ke dalam sel  dan beberapa hormon telah mengubah zat seperti karbohidrat dan protein menjadi glukosa (Mahendra dkk, 2008).
World Heatlh Organization (WHO) menyatakan bahwa prevalensi Diabetes mellitus dunia pada tahun 2014 yaitu 9% diantara orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.  Pada tahun 2012, secara langsung kematian dari sekitar 1,5 juta jiwa disebabkan oleh diabetes. Kematian akibat diabetes 80% lebih terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 disebutkan prevelensi Diabetes mellitus di Indonesia sebesar 2,1%. Prevalensi terbesar di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 2,5%. Propinsi Jawa Tengah mempunyai prevelansi Diabetes mellitus sebesar 1,9% mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2009 sebesar 0,19% (Kementrian Kesehatan RI, 2013). 
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi. Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa konsekuensi Diabetes mellitus yang sering terjadi yaitu meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke, neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan amputasi, retinopati diabetikum, gagal ginjal dan kematian. Pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula darah berada dalam kondisi normal maka komplikasi akibat Diabetes mellitus  dapat dicegah atau ditunda (Kemenkes RI, 2014).  Pengendalian Diabetes mellitus dan komplikasinya pada pasien diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara rehabilitasi medik, home care, monitoring, pengendalian faktor risiko, perawatan kaki diabetes mellitus, senam diabetes mellitus dan diit sehat (Kemenkes  RI, 2014).
Pasien Diabetes mellitus membutuhkan terapi yang bertujuan untuk mengembalikan metabolisme gula dalam darah hingga menjadi normal, mencegah komplikasi, dan mendidik pasien dengan pengetahuan dan memotivasi agar dapat merawat penyakitnya sendiri. Salah satu terapi primer Diabetes mellitus adalah diit Diabetes mellitus (Lanywati, 2008). Diit memberikan peran penting untuk mengembalikan fungsi metabolisme berjalan secara normal. Diit rendah karbohidrat disarankan bagi pasien diabetes mellitus tipe II karena karbohidrat merupakan sumber masalah bagi metabolisme pasien diabetes mellitus. Karbohidrat yang masuk dalam tubuh pada akhirnya akan berubah menjadi gula (glukosa) (Herliana, 2013).  Kepatuhan pasien Diabetes mellitus dalam menjalani diet sangat penting untuk menjaga kondisi kesehatan pasien (Vitahealth, 2010).   

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dapat diketahui jumlah pasien diabetes mellitus tipe I tahun 2015 sebanyak 2.393 orang dan di Puskesmas Karangdadap merupakan salah satu puskesmas yang mempunyai pasien diabetes mellitus tipe II cukup banyak yaitu 108 orang.  
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kepatuhan Diit dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan”

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan?”

C.       Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui kepatuhan diit pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
b.     Mengetahui kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
c.      Menganalisis hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.

D.       Manfaat Penelitian
1.      Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang pemberian asuhan keperawatan diit pada pasien penyakit diabetes mellitus sebagai salah satu upaya pengelolaan kadar gula darah.  
2.      Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan perawat untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan diit sebagai salah satu alternatif terapi penyakit diabetes mellitus.
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan civitas akademika tentang pengobatan diabetes mellitus dengan kepatuhan diit.


E.       Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul, Peneliti & Tahun
Desain
Sampel
Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Hubungan Tingkat Pengetahuan Diit
Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan
Diit Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe Ii di Dusun
Karang Tengah
Yogyakarta, (Cahyati, 2015)
Deskriptif kuantiatif korelasional dengan pendekatan cross sectional
Warga  dusun  Karangtengah  yang  menderita  diabetes
mellitus  tipe  II,  berusia  diatas  26  tahun,  dan  tinggal  bersama  anggota  keluarga,
dengan  jumlah  37  responden
Hasil penelitian dengan uji kendall diperoleh bahwa ada ada  hubungan  yang  bermakna  secara  statistic  antara  tingkat pengetahuan diit dengan kepatuhan diit dabetes mellitus tipe II.  dengna ρ value : 0,036
1.  Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel bebas: kepatuhan diit dan variabel terikat: kadar gula darah,  sedangkan peneliti terdahulu menggunakan variabel bebas: pengetahuan dan variabel terikat: kepatuhan diit

2.  Analisis data
Penelitian ini menggunakan chi square, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan uji kendal


Kepatuhan Penderita Diabetes mellitus dalam Menjalani Terapi Olah Raga dan Diit,
(Saifunurmazah, 2013)

Kuealitatif dengan pendekatan studi kasus
Penderita  DM  dalam
menjalani terapi diit dan olahraga, studi kasus pada penderita DM tipe 2 di RSUD
Soeselo  Slawi sebanyak 4 orang
Triangulasi sumber dan metode
Hasil penelitian menunjukkan HS, R,  SO memiliki
sikap patuh. Mereka memiliki  kesadaran yang baik untuk melakukan pengobatan,
komunikasi  dengan  petugas  kesehatan  berjalan  lancar,  dukungan  sosial  dari
keluarga juga ketiga subjek dapatkan. Sedangkan pada subjek AI kesadaran akan
pentingnya  melakukan  pengobatan  masih  tergolong  rendah.  Komunikasi  dengan
petugas kesehatan tidak berjalan dengan  baik karena AI sangat jarang melakukan
kontrol  dan  chek  up.  Dukungan  sosial  juga  tidak  AI  dapatkan,  kebiasaan  pola
makan serta gaya hidup yang kurang sehat belum AI rubah. Terapi yang dilakukan
oleh AI secara rutin yaitu berolahraga. Sedangkan untuk pengobatan-pengobatan
lain seperti pengaturan makan dan obat-obatan belum AI lakukan secara teratur

1.  Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan survai analitik dengan pendekatan cross sectional, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus

2.  Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel bebas: kepatuhan diit dan variabel terikat: kadar gula darah,  sedangkan peneliti terdahulu menggunakan variabel bebas: kepatuhan olah raga dan diit


Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Diit
Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes
Melitus di Desa Tangkil Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten
Pekalongan, Indarwati & (Riskiana, 2012)

Deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional
Sampel penelitian adalah pasien  DM  di  Desa  Tangkil  Wilayah  Kerja
Puskesmas  Kedungwuni  II  sebanyak  53  responden dengan teknik total sampling
Hasil penelitian dengan chi square diperolah ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan diit DM di desa Tangkil  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Kedungwuni  II  dengan ρ value: 0,002
1.  Variabel penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel bebas: kepatuhan diit dan variabel terikat: kadar gula darah,  sedangkan peneliti terdahulu menggunakan variabel bebas: motivasi dan variabel terikat: kepatuhan diit
2.  Teknik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan simple random  sampling, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan total sampling

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori
1.      Diabetes Mellitus
a.       Pengertian
Diabetes Mellitus berasal dari kata Diabete yang artinya penerusan atau pipa untuk menyalurkan air atau mengalir terus dan Mellitus artinya manis, sehingga penyakit ini sering disebut kencing manis. Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif (Almatsier, 2006).
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik di mana diabetesi tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah (Misnadiarly, 2006).
b.      Tipe Diabetes
Kariadi (2009) menyatakan bahwa diabetes mellitus dapat dibagi menjadi empat macam tipe, yaitu:

1)      Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes tipe I adalah diabetes yang sakit pankreasnya menyeluruh. Begitu payahnya sehingga ia tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali.
2)      Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes tipe ini biasa juga disebut diabetes life style, karena penyebabnya selain faktor keturunan, yang terutama adalah gaya hidup yang tidak sehat dan biasanya mengenai orang dewasa.
3)      Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat kehamilan. Biasanya diabetes ini muncul pada minggu ke 24 (bulan keenam).
4)      Diabetes Mellitus Tipe Lain
Yang dimaksud tipe lain adalah diabetes yang tidak termasuk Tipe I atau Tipe II yang disebabkan oleh kelainan tertentu. Misalnya diabetes yang timbul karena kenaikan hormon-hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin atau hormon kontra insulin.
c.       Etiologi
Misnadiarly (2008) menyatakan bahwa peningkatan kadar gula darah pada lansia disebabkan oleh beberapa hal yaitu fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang, perubahan karena usia lanjut sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibatnya kurangnya massa otot dan perubahan vaskular, aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan dan badan kegemukan, keberadaan penyakit  lainnya seperti sering menderita stres, sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan, adanya faktor keturunan, keberadaan penyakit lain, genetik, obat, aktivitas fisik yang berkurang, kegemukan, umur yang berkaitan dengan resistensi insulin, umur yang berkaitan dengan penurunan insulin dan faktor-faktor penyebab pada usia lanjut.
d.      Patofisiologi
Mahendra (2008) menyatakan bahwa kepastian diabetes mellitus ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1)      Gejala khas dan keluhan
Keluhan ini disampaikan oleh pasien saat berkonsultasi dengan didukung hasil pemeriksaan glokosa darah sewaktu yang lebih besar dari 200 mg/dl.
2)      Kadar glukosa darah
Kadar glukosa dalam darah saat puasa lebih besar dari 140 mg/dl ada dua kali pemeriksaan pada saat berbeda.
Hagner (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinik diabetes terdiri dari:
1)      Tipe I
Jenis diabetes mellitus tipe I biasanya muncul pada usia muda dan di bawah 40 tahun. Penyakit ini cenderung menjadi parah dan tidak dapat diperkirakan. Diabetes mellitus ini membutuhkan insulin. Tanda dan gejala yang khusus yaitu poliuria (urinasi berlebihan), polidipsia (haus), polifagia (lapar) dan glikosuria (gula dalam urin).
2)      Tipe II
Biasanya terjadi pada usia lansia. Diabetes mellitus ini tidak selalu membutuhkan insulin. Tanda dan gejala yang khusus yaitu mudah lelah, infeksi kulit, penyembuhan yang lambat, gatal, vulva pruritus (gatal pada vulva), rasa terbakar pada urinasi, nyeri pada jari tangan dan kaki serta perubahan penglihatann.
e.       Komplikasi
Bahren dkk (2014) menyatakan bahwa beberapa komplikasi diabetes mellitus yaitu:
1)      Penyakit Kardiovaskular
Penderita diabetes berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit kardivoaskular) seperti penyakit jantung koroner, stroke.
2)      Nefropaty Diabetes
Komplikasi diabetes yang disebabkan kerusakan pembuluh kapiler ginjal, sehingga menyebabkan ginjal kronis yang memerlukan terapi hemodialisis.
3)      Neuropathy Diabetes
Komplikasi diabetes pada sistem saraf sehingga menyebabkan mati rasa dan kesemutan, serta meningkatkan risiko kerusakan kulit terutama pada kaki, karena kurangnya kepekaan kulit.
4)      Penurunan Daya Pikir (Cognitive Deficit)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes mengalami penurunan fungsi kognitif 1,2 sampai 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
5)      Ulkus Diabetik
Luka pada kaki yang sulit sembuh dan sering menimbulkan masalah serius, bahkan pada beberapa kasus memerlukan amputasi.
f.       Diagnosa Diabetes Mellitus dan Manifestasi Klinik
Mahendra (2008) menyatakan bahwa kepastian diabetes mellitus ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1)      Gejala khas dan keluhan
Keluhan ini disampaikan oleh pasien saat berkonsultasi dengan didukung hasil pemeriksaan glokosa darah sewaktu yang lebih besar dari 200 mg/dl.
2)      Kadar glukosa darah
Kadar glukosa dalam darah saat puasa lebih besar dari 140 mg/dl ada dua kali pemeriksaan pada saat berbeda.
g.      Pengelolaan
Koentjoro (2009) menyatakan bahwa untuk melakukan pengelolan diabetes mellitus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1)      Edukasi Berkelanjutan
Melalui edukasi, diabetisi umumnya akan menyadari kekeliruannya tentang pola gaya hidup dan prilakunya. Libatkan keluarga dalam program edukasi agar bisa membantu anda memperoleh pengobatan maksimal.
2)      Perencanaan Makan
Diabetisi harus mengatur pola makan sesuai kebutuhan kalori (tidak berlebihan). Taati rambu-rambu 3J yaitu tepat Jumlah, tepat Jenis dan tepat Jadwal makan.
3)      Olah raga / Aktivitas Fisik
Mintalah nasehat dokter sebelum latihan jasmani, makan 1-2 jam sebelum olah raga jangan perut kosong terutama jika menggunakan insulin, tingkatkan kebugaran, cegah kegemukan, cegah komplikasi dan hindari kebiasaan hidup kurang gerak.
4)      Minum Obat Secara Teratur
Dokter akan memberikan obat diabetes yang sesuai dengan anda, antara lain Obat Hipoglikemik Oral (OHO) atau insulin. Teratur minum obat merupakan keharusan, jangan berhenti minum obat tanpa izin dokter anda. Jadi walaupun sudah minum obat, aktivitas fisik dan pengaturan makan tetap harus dilaksanakan bersama-sama.

5)      Pemantauan Gula Darah Mandiri
Dapat dilakukan di rumah dengan uji strip dengan alat glukometer. Memeriksa kadar gula darah menimbulkan rasa aman dan nyaman manakala kadar gula darahnya normal atau mendekati normal.
6)      Diit
Sekalipun seseorang memiliki kecenderungan genetik sangat tinggi untuk terserang diabetes, orang tersebut dapat mengurangi resiko diabetesnya sampai 60% melalui penyesuaian diit dan gaya hidup (D’Adamo & Whitney, 2009).
2.      Diit Pasien Diabetes Mellitus
a.       Definisi
Diit adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat (Hartono, 2006).  
b.      Tujuan Diit
Tujuan pengaturan diit penyakit diabetes mellitus adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan (Krisnatuti dkk, 2014).
c.       Prinsip dalam Diit Diabetes Mellitus
Menurut Dewi (2014) prinsip yang tidak boleh dipisahkan dari penderita diabetes mellitus adalah pola makan sehari-hari yang terdiri dari 3 kali makan dengan menu utama dan tiga kali snack (kudapan) sesuai jadwal konsumsi obat dan jumlah kalori yang dibutuhkan. Prinsip ini lebih dikenal dengan rumus 3 J:
1)      Jadwal makan (3 kali makan utama dan 3 kali makan snack) secara teratur dan ketat.
2)      Jumlah kalori yang tepat.
3)      Jenis bahan makanan yang sesuai.
d.      Energi, Zat Gizi bagi Pasien Diabetes Mellitus
Menurut Ramayulis (2008) nilai zat gizi dan energi bagi pasien diabetes mellitus berbeda dengan orang sehat seperti yang diuraikan sebagai berikut:
1)      Energi
Total energi yang dibutuhkan pasien diabetes mellitus berbeda dengan orang sehat. Total energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Satu gram karbohidrat dan protein masing-masing menghasilkan 4 kkal dan 1 gram lemak menghasilkan 9 kkal. Proporsi masing-masing dalam total energi adalah 55-60% dari karbohidrat, 12-20% dari protein dan lemak kurang dari 30%. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan metabolisme basal sebesar 25-35 kkal per kg berat badan normal, ditambah kebutuhan untuk beraktivitas fisik dan keadaan khusus misalnya (kehamilan, laktasi, serta adanya komplikasi).
2)      Karbohidrat
Jenis karbohidrat yang diutamakan adalah jenis kompleks karena selain merupakan sumber serat juga banyak diantaranya mengandung vitamin. Adapun jenis karbohidrat kompleks antara lain nasi, roti tawar, jagung, sereal, havermout, kentang, ubi, singkong, tepung terigu, sagu dan tepung singkong. Jenis karbohidrat sederhana bagi pasien diabetes mellitus harus dibatasi seperti semua jenis gula, madu dan semua makanan yang diolah dan berbahan baku menggunakan gula dan madu.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi dengan cepat dipecah di saluran pencernaan dan akan melepaskan glukosa secara langsung dalam darah dengan cepat dan tinggi. Sementara makanan dengan indeks glikemik rendah dipecah dengan lambat dan akan melepaskan glukosa secara bertahap ke dalam darah sehingga akan menghasilkan efek kurva glukosa yang halus tanpa fluktuasi. Oleh karena itu makanan dengan indeks glikemik yang rendah akan membantu mengatur kadar gula dalam darah.
3)      Protein
Kebutuhan protein pada pasien diabetes mellitus adalah sama dengan populasi secara umum. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 0,8-1 g per kg berat badan atau setara dengan 12-20% total energi dan ini sama dengan kebutuhan pasien diabetes mellitus. Kelebihan jumlah asupan protein harus dihindari karena berisiko terhadap kesehatan ginjal. 

4)      Lemak atau kolesterol
Pemberian lemak total dianjurkan tidak boleh lebih dari 30% total energi dengan komposisi 10% berasal dari lemak tidak jenuh ganda, 10% dari lemak jenuh. Untuk pemberian kolesterol dianjurkan di bawah 300 mg per hari. Sumber lemak jenuh adalah minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah dan alpukat. Jenis makanan ini mengandung lemak baik, tetapi nilai energinya tinggi sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan membawa dampak pada peningkatan berat badan atau kegemukan.
5)      Vitamin atau mineral
Respon pemberian vitamin dan mineral pada pasien diabetes mellitus sangat ditentukan oleh statug gizi individu.
6)      Serat
Serat larut air terdapat dalam buah-buahan, gandum dan padi-padian. Serat larut air dapat mempengaruhi kadar glukosa darah dan insulin dengan menaikkan secara perlahan setelah makan. serat larut air juga dapat membantu menurunkan kadar lemak darah, mencegah terjadinya kelaian gastrointestinal dan kanker kolon. Konsumsi serat larut air bagi pasien diabetes mellitus dianjurkan sebesar 20-35 gram per hari.

3.      Gula Darah
a.       Pengertian
Glukosa (gula darah) merupakan gula dalam darah yang memiliki enam atom karbon. Glukosa mengandung gugus fungsional aldehida. Pada penyakit diabetes mellitus, konsentrasi glukosa darah akan lebih tinggi dari normal –hiperglikemia dan kelebihan glukosa ini akan dieksresi dalam urin (glikosuria). Glukosa umumnya tidak terdapat dalam dalam urin (James dkk, 2008). 
b.      Fungsi Gula darah
Gula dalam darah yang masuk melalui mulut dan dicernakan di usus kemudian diserap ke dalam aliran darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar dapat melaksanakan fungsinya glukosa membutuhkan insulin. Hormon insulin diproduksi oleh sel beta  di pulau Langerhans dalam pankreas. Setiap kali manusia makan pankreas memberi respons dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Dengan kata lain, insulin membuka pintu sel glukosa masuk sehingga kadar gula menjadi turun. Pada keadaan fisiologis kadar gula darah sekitar 80-120 mg%. Kadar gula darah dapat meningkat melebihi normal disebut hiperglikemia bila hasil gula darah puasa lebih dari >126 mg% dan hasil gula darah sewaktu dan dua jam PP lebih dari >200 mg%, keadaan ini dijumpai pada diabetesi (Tandra,  2008)

c.       Batasan Gula darah
Kadar glukosa darah normal jika sebelum makan 120 mg/dl  dan setelah makan kurang dari 200 mg/dl (Sustriani, 2006).
d.      Dampak Gula darah Tinggi
Lingga (2012) menyatakan bahwa dampak gula darah yang tinggi sebagai berikut:
1)      Radikal bebas yang terbentuk saat gula teroksidasi menyebabkan berbagai macam kekacauan sistem yang mengatur tekanan darah. Penumpukan radikal bebas menyebabkan arteri rusak dan akhirnya tekanan darah meningkat
2)      Radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi gula memicu penuaan sel. Sel yang rapuh menyebabkan fleksibiltas pembuluh darah meningkat.
3)      Gula darah yang terlalu tinggi menyebabkan darah cenderung menggumpal  sehingga menurunkan pasokan oksigen
4)      Peningkatan gula darah menyebabkan rasio LDL dan HDL meningkat sehingga kualitas kesehatan arteri menurun
5)      Gula menambah subur pertumbuhan candida (candidiasis) dan menyebabkan darah menjadi asam. Peningkatan keasaman darah mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh memicu kenaikan tekanan darah

e.       Alat Tes Gula Darah
Alat tes darah easy touch GCU adalah alat cek darah dengan tiga fungsi yaitu kolesterol, cek gula darah dan asam urat. Waktu pengecekan yang paling tepat adalah pagi hari sebelum sarapan, sehingga hasilnya akan lebih akurat. Seseorang disebut menderita diabetes bila kadar gula dalam darah di atas 126 mg/dl (puasa) dan 200 mg/dl (tidak puasa) (Susiolowati, 2015).  
4.      Kepatuhan Diit
a.       Pengertian
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur (Bastable, 2008). Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama (Greest et.al 1998, dalam Carpenito, 2009).
b.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Carpenito (2009) menyatakan bahwa kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku, yang dipengaruhi secara positif oleh :
1)      Rasa percaya yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan profesional.
2)      Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit.
3)      Persepsi bahwa penyakit yang diderita serius.
4)      Bukti bahwa kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit.
5)      Efek samping yang dapat diobati.
6)      Tidak terlalu mengganggu aktivitas kesehatan individu atau orang terdekat lainnya.
7)      Terapi lebih banyak memberikan keuntungan daripada kerugian.
8)      Hubungan kemitraan antara tenaga kesehatan. 
9)      Penguatan dari orang terdekat.
Kepatuhan merupakan bentuk implementasi dari perilaku kesehatan seseorang. Hal ini sesuai dengan Niven (2008) bahwa kepatuhan sebagai sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
10)   Rasa positif terhadap diri sendiri.
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Niven (2008) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menjadi empat bagian yaitu:
1)      Pemahaman tentang instruksi merupakan faktor pertama yang mempengaruhi ketidakpatuhan. Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika dia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang tidak lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh klien.
2)      Faktor kedua yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah kualitas interaksi. Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan klien merupakan bagian penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
3)      Faktor keluarga juga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan diri anggota keluarga yang sakit.
4)      Faktor keyakinan, sikap dan kepribadian. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out) dari program pengobatan.
d.      Cara mengatasi ketidakpatuhan
Niven (2008) menyatakan bahwa ketidakpatuhan dapat diatasi dengan lima cara yaitu : 
1)      Mengembangkan tujuan kepatuhan.
2)      Sikap pengontrolan diri.
3)      Pengontrolan perilaku dan kognitif.
4)      Dukungan sosial dari keluarga.
5)      Dukungan dari profesional kesehatan.

B.    
Pengelolaan Diabetes Mellitus  Tipe II
 
Kerangka Teori

 

















Keterangan :
               : variabel yang diteliti                               : variabel yang tidak diteliti
              


Gambar 2.1 Modifikasi Kerangka Teori
Sumber : Niven (2008),  Koentjoro (2009)

C.    Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :
 


                                                                                                                      


Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian


D.    Variabel Penelitian
1.      Variabel bebas
Variabel bebas penelitian adalah kepatuhan diit.
2.      Variabel terikat
Variabel terikat penelitian adalah kadar gula darah.

E.     Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian menggunakan:
1.      Ha yaitu ada hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.
2.      H0 yaitu  tidak ada hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.  

No comments:

Post a Comment