Saturday, January 28, 2017

LP DEFISIT PERAWATAN DIRI


LAPORAN PENDAHULUAN

1.      Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2.      Proses Terjadinya Masalah
a.      Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).
Tanda dan Gejala :
·         Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
·         Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
·         Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
·         Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK

b.      Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a)Fisik
ü Badan bau, pakaian kotor.
ü Rambut dan kulit kotor.
ü Kuku panjang dan kotor
ü Gigi kotor disertai mulut bau
ü Penampilan tidak rapi
b)          Psikologis
ü   Malas, tidak ada inisiatif.
ü   Menarik diri, isolasi diri.
ü   Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c)   Sosial
ü Interaksi kurang
ü Kegiatan kurang
ü Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
ü Cara makan tidak teratur
ü BAK dan BAB di sembarang tempat

c.       Akibat
            Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dari orang lain (Rawlins, 1993). Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan  individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Tanda dan Gejala:
§  Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
§  Menghindar dari orang lain (menyendiri).
§  Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
§  Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
§  Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
§  Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
§  Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
§  Posisi janin saat tidur.                                                
   (Budi Anna Keliat, 1998)


3.     
Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)
 
Pohon masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
 
Isolasi sosial
 
 










4.      Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a)      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Data subyektif
a.       Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,
Data obyektif
a.       Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor
b)      Isolasi Sosial
Data subyektif
a.       Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif
b.      Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

c)      Defisit Perawatan Diri
      Data subyektif
a.       Pasien merasa lemah
b.      Malas untuk beraktivitas
c.       Merasa tidak berdaya.
      Data obyektif
a.       Rambut kotor, acak – acakan
b.      Badan dan pakaian kotor dan bau
c.       Mulut dan gigi bau.
d.      Kulit kusam dan kotor
e.       Kuku panjang dan tidak terawat

5.      Diagnosa Keperawatan
a.       Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b.      Isolasi Sosial
c.       Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

6.      Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1           : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus   :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
a.    Berikan salam setiap berinteraksi.
b.   Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c.    Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d.   Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e.    Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f.    Buat kontrak interaksi yang jelas.
g.   Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h.   Penuhi kebutuhan dasar klien.

2.      Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
            Intervensi
a.       Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b.      Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c.       Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d.      Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e.       Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
f.       Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
g.      Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

3.      Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
      Intervensi
a.       Motivasi klien untuk mandi.
b.      Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c.       Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d.      Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e.       Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f.       Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

4.      Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
      Intervensi
a.       Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

5.      Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
      Intervensi
a.       Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.



6.      Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
      Intervensi
a.       Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b.      Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c.       Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d.      Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
e.       Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
f.       Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
g.      Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

      Diagnosa 2           : Isolasi sosial
Tujuan Umum     : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus   :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
a.       Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b.      Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c.       Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2.        Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi
a.       Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b.      Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
b.      Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
c.       Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3.    Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
A.       Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
a.       Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b.      Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c.       Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
B.        Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a.       Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b.      Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c.       Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4.      Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi
a.       Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b.      Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c.       Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d.      Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e.       Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f.       Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g.      Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5.      Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Intervensi
a.       Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b.      Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
c.       Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

      Diagnosa 3           : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan Umum     :
ü    Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus   :
ü    Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
ü    Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
ü    Pasien mampu melakukan makan dengan baik
ü    Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1)      Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a)   Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b)   Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c)   Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d)   Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2)      Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a)   Berpakaian
b)   Menyisir rambut
c)   Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a)   Berpakaian
b)   Menyisir rambut
c)   Berhias
3)      Melatih pasien makan secara mandiri
a)   Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b)   Menjelaskan cara makan yang tertib
c)   Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d)   Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4)  Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a)   Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b)   Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c)   Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

























Referensi
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC




No comments:

Post a Comment