Sunday, January 29, 2017

ASKEP GERONTIK DM


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG



B.     TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS



 

 

 

 






 

 


























BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A.  Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B.     Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C.    Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta



  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga

D.    PATWAYS


                                                                        Infeksi          Gaya hidup diit              Kehamilan
                                                Keturunan                                                                                           Obesitas
                                    Penuaan
                                                                                   
                                                                                    Sel pankreas rusak/ terganggu
 


                                                                                                Produksi insulin <
 

            Katabolisme protein                                                       Glukagon                                                                            
 

            BUN               As. Amino       Glukoneogenesis         Hiperglikemi               Resiko ketidakstabilan gula darah        
                                                                                         GD > 140 mg/mmol
                 As.laktat                                                                                                     Kalori keluar
                                    Sel kelaparan                                       Glukosuria                                                                              
 


            Produksi energi           Hilang protein                   Diuretik Osmotik              Rasa Lapar                                         
Metabolik                    tubuh
 


Kelelahan                    Respon Peradangan                Dehidrasi                     Polifagi                                               
                                    lambat
 

defisit perawatan diri
                                                hipertemi                    Syok        Kekurangan       Perubahan
                                                                                                 Volume cairan        Nutrisi
                                                                                                Dan elektrolit          lebih dari
                                                                                                                               Kebutuhan



E.     MANIFESTASI KLINIK
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.      Katarak                                         
2.      Glaukoma
3.      Retinopati
4.      Gatal seluruh badan
5.      Pruritus Vulvae
6.      Infeksi bakteri kulit
7.      Infeksi jamur di kulit
8.      Dermatopati
9.      Neuropati perifer
10.  Neuropati viseral
11.  Amiotropi
12.  Ulkus Neurotropik
13.  Penyakit ginjal
14.  Penyakit pembuluh darah perifer
15.  Penyakit koroner
16.  Penyakit pembuluh darah otak
17.  Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

F.      Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa









Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-          Plasma vena
-          Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-          Plasma vena
-          Darah kapiler


< 100
<80


<110
<90


100-200
80-200


110-120
90-110


>200
>200


>126
>110


Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl


G.    PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan

H.    ASUHAN KEPERAWATAN
    1. PENGKAJIAN
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
·         Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§  Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
§  Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§  Integritas Ego
Stress, ansietas
§  Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
§  Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
§  Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
§  Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§  Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
§  Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I.        Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury

J.       Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
      Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§  Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§  Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§  Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§  Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§  Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§  Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§  Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§  Kolaborasi dengan ahli diet.

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi


Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
§  Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§  Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§  Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§  Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§  Pantau masukan dan pengeluaran
§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§  Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§  Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§  Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
      Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§  Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§  Kaji tanda vital
§  Kaji adanya nyeri
§  Lakukan perawatan luka
§  Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

  1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
§  Hindarkan lantai yang licin.
§  Gunakan bed yang rendah.
§  Orientasikan klien dengan ruangan.
§  Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§  Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi




BAB III
TINJAUAN KASUS


  1. PENGKAJIAN

Data subyektif
·         Pasien mengatakan 7 hari yang lalu kaki kanan terkena pisau
·         Kakinya terasa lemas
·         Kaki tidak bisa digerakkan
·         Badan terasa lemas
·         Semua aktifitas dibantu oleh keluarga
·         Mual
·         Tidak nafsu makan
Data obyektif
·         TTV : TD 130/90 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 22x/mnt, Suhu 38 celcius
·         BB sebelum sakit 50kg, setelah sakit 45 kg
·         GDS 324 mg/dl
·         Luka jaringan nekrotik
·         Luka hitam, ada pus, bau khas

  1. ANALISA DATA
HARI,TGGL
JAM
PROBLEM
ETIOLOGI
SIGN & SYMPTOM





















































Hipertermi  









Kerusakan integritas kulit : ulkus dermis













Defisit perawatan diri ; makan






Resiko ketidak stabilan glukosa darah




Penyakit, trauma














Faktor mekanik terkena pisau




















Kelemahan













Pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat
§  Pasien mengatakan badan panas
§  Suhu 38 celcius
§  Badan teraba panas
§  Terdapat luka dikaki kanan
§  TD : 130/90mmHg
§  Nadi 80x/menit
§  RR 22x/mnt

§   Pasien mengatakan kaki kanannya terluka kena pisau
§   Terdapat luka di kaki kanan
§   Kaki tidak bisa digerakkan
§   Luka jaringan nekrotik

§           
§   GDS; 324mg/dl
§   Luka hitam, bau khas  ada pus


§  Badan terasa
lemas

§  Berat badan sebelum sakit : 50kg, sesudah sakit : 45kg

§  Semua aktifitas di bantu oleh keluaga

§  Mual

§  Tidak nafsu makan





§  Pasien tampak lemah
§  GDS: 324mg/dl
§  Pasien mengatakan badan terasa lemas
§  Penurunan BB
§  Semua aktifitas dibantu keluarga




           
  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
    1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit, trauma
    2. Kerusakan integritas kulit : ulkus dermis berhubungan dengan faktor mekanik terkena pisau
    3. Defisit perawatan diri : makan berhubungan dengan kelemahan
    4. Resiko ketidak stabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat

  1. PERENCANAAN KEPERAWATAN


Tgl/Jam
Dx Kep
Tujuan Keperawatan NOC
Intervensi Keperawatan


1
Tujuan : Pasien tidak mengalami panas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam dng criteria hasil :
NOC 3 : TTV dalam batas normal dibuktikan dengan
-           Suhu : 36’5-37’5 derajat C
-          Badan tidak panas

NIC 1 Terapi Demam
-      Beri kompres hangat
-      Beri minum banyak air putih
-      Ganti pakaian yang menyerap keringat
-      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotic
NIC 3 : Pemantauan tanda-tanda vital setiap 2 jam :
-      Monitor suhu
-      Monitor nadi
-      Monitor respirasi
-      Monitor tekanan darah

2
Tujuan : Menunjukkan penyembuhan luka priimer setelah dikalkukan tindakan keperawtan selama 7x24 am dengan kriterai hasil :
NOC 5 : Penyembuhan luka sekunder dibuktikan dengan granulasi, pembentukan jaringan parut, penyempitan luka,
NIC 2 Pemberian Obat :
-      Kolaborasi dokter untuk pemberian obat antibiotic
-      Pemberian obat yang terjadwal
NIC 9 Perawatan Luka
-      Kaji luka, luas dan kedalaman luka
-      Lakukan perawatan luka secara rutin
-      Bersihkan luka dengan nacl
-      Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainage dan kelembaban yang berlebihan
-      Gunakan preparat anti septic sesuai program
-      Ganti balut pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka sesuai program


3
Tujuan : Menunjukkan perawatn diri : makan setelah dikalkukan tiundakan keperaawtan selama 3x24 jam  dengan kriterai hasil :
NOC 1 : Status nutrisi :
  1. BB 50 kg
  2. Turgor kulit elastic
  3. Mukosa mulut lembab
NOC 4 : Perawatn diri makan :
  1. Pasieen mampu menghabiskan makaknan 1 porsi yang disediakan
  2. Pasien mampu makan sendiri

NIC 1 : makan
-          Siapkan porsi makanan untuk pasien
-          Sajikan makanan dalam keadaan hangat
NIC 2 manajemen Nutrisi
-          Sajikan makan minum rendah gula
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan penkes ttg diet diabetik
NIC 3 Konseling nutrisi
-          Beri penkes pada pasien dan keluarga ttg diet DM
NIC 6 Bantuan perawatan diri makan
-          Libatkan keluarga dalam pemberian makan


DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

























osa Keperawatan

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
  2. Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa  tinggi.
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan gangguan keseimbangan insulin.
  4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

I. Intervensi dan Rasional

Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.





















Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa  tinggi.














Perubahan  nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan gangguan keseimbangan insulin.







Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik












Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan perawatan mandiri.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 X 24 jam kekurangan cairan dapat berkurang dengan kriteria hasil:
§  Hidrasi adekuat.
§  Turgor kulit baik.

















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan resiko infeksi dapat dikurangi dengan kriteria hasil:
§  Resiko infeksi berkurang: tidak ada tanda-tanda infeksi.







Setelah  dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan nutrisi dapat seimbang dengan kriteria hasil:
§  dapat mengendalikan kadar glukosa darah yang optimal
§   Berat badan dapat normal.

Setelah  dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan kelelahan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
§  Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
§  Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH Dapat mengetahui tentang perawatan mandiri
§  Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.



§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
§  Observasi adanya perasaan kelelehan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan.


§  Kolaborasi pemberian cairan yang sesuai.

§  Kaji nadi perifer, pengisisn kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

§  Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan adanya pus pada luka.
§  Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

§  Berikan perawatan kulit secara teratur.






§  Timbang berat badan setiap hari.

§  Tentukan program diiet


§  Kolaborasi pemberian insulin.





§  Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
§  Tingkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.







§  Berikan pendkes
§  Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti. Fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
§  Mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi.

§  Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan.
§  Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan.
§  Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

§  Untuk mencegah sedini mungkin terjadinya infeksi lebih lanjut.


§  Kadar gula yang tinggi dalam darah menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
§  Sirkulasi perifer bisa terganggu yang meningkatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/ iritasi kuit dan infeksi.

§  Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
§  Mengkaji kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
§  Dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.




§  Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

§  Meningkatkan kepercayaan diri yang positif.










§  Agar mengetahui perawatan mandiri diabetes

J. Buku Sumber

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment