Sunday, January 29, 2017

LP TRAUMA ABDOMEN GADAR


A.    Pengertian
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995)
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
B.     Etiologi
Penyebab trauma abdomen secara umum adalah kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Menurut Sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :
1.      Penyebab trauma penetrasi
a.       Luka akibat terkena tembakan
b.       Luka akibat tikaman benda tajam
c.        Luka akibat tusukan
2.      Penyebab trauma non-penetrasi
a.       Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b.       Hancur (tertabrak mobil)
c.       Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d.       Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
C.     Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia ( akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor - faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
1.      Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2.      Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3.      Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
D.    Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1.      Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2.       Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1.      Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.

2.       Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3.      Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

E.     Pathways
Kekurangan volume cairan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuuhan tubuh

Nyeri
Perut kembung
Rangsangan N.Vagus
Mual/Muntah/ Anorexia
Motilitas usus↓
 











                                                                                 
Trauma
 ( Kecelakaan)
Penetrasi
Non Penetrasi
Laserasi Abdomen
Haematom/ Ekimosis/kontusio Organ Viseral (usus,ginjal, lien, hepar, buli”,dll)
Laserasi Organ Viseral (usus,ginjal, lien, hepar, buli”,dll)
Perdarahan
Peritonitis
Regangan dan penekanan pd jaringan/organ
 














(Sumber : Mansjoer,2001)
F.      Pengkajian Keperawatan
1.      Pengkajian Primer
a.    Airways
1)      Sumbatan benda asing atau darah
2)      Snoring
3)      Wheezing atau krekles
b.   Breathing
1)      Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2)      RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3)      Ronchi, krekles
4)       Ekspansi dada tidak penuh
5)      Penggunaan otot bantu nafas
c.    Circulation
1)      Nadi lemah , tidak teratur
2)      Takikardi
3)      TD meningkat / menurun
4)       Edema
5)       Gelisah
6)      Akral dingin
7)      Kulit pucat, sianosis
8)       Output urine menurun
d.   Dissability
Periksa kesadaran pasien
e.    Exposure
Lakukan pemeriksaan pada bagian tubuh lainnya, cari adanya jejas atau tanda-tanda trauma di bagian tubuh yang lain.

2.      Pengkajian Sekunder
a.       Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak teratur.
Tanda  : Takikardi,dispnea pada istirahat / aktifitas


b.      Sirkulasi
Tanda :
1)       TD dapat normal atau naik/turun.
2)       Nadi dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya  dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
3)       Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
4)       Murmur, bila ada menunjukkan gagal katub/disfungsi otot papiler
5)       Friksi dicurigai perikarditis
6)       Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur
7)       Edema : distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema umum krekels mungkin ada dengan gagal jantung
8)       Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku datar pada membran mukosa dan bibir.
c.       Integritas Ego
Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
Tanda : menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri      
d.       Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun, jumlah dan warna urin
e.       Makanan / Cairan
Gejala : mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu  hati / terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
Tanda : muntah, perubahan berat badan.
f.       Higiene
Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
g.       Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h.      Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
 Lokasi : tipikal  pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat menyerang ke tangan, rahang wajah.
Kualitas : menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Intensitas : biasanya pada skala 1-5
Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan  DM,  hipertensi, lansia.
Tanda :
-           Wajah meringis
-           Perubahan postur tubuh
-           Menarik diri, kehilangan kontak mata
-           Respon otomatik : perubahan frekuensi / irama jantung,    tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban, kesadaran.
i.        Pernafasan
Gejala :
-       Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nokturnal
-       Batuk dengan / tanpa sputum
-       Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
-       Peningkatan frekuensi pernafasan
-       Sianosis
-       Bunyi nafas : bersih/krekels
-       Sputum : bersih, merah muda kental
j.        Interaksi social
Gejala :
-       Stres saat ini contoh kerja, keluarga
-       Kesulitan koping dengan stresor yang ada
Tanda : 
-       Kesulitan istirahat dengan tenang
-       Menarik diri dari keluarga

G.    Diagnosa Keperawatan
1.      Defisit volume cairan : intra vaskuler berhubungan dengan perdarahan aktif
2.      Nyeri berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera : trauma fisik
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan


H.    Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.   Defisit volume cairan : intra vaskuler berhubungan dengan perdarahan aktif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1 x 24 jam deficit volume cairan teratasi dengan criteria hasil :
Ø NOC 2 : Keseimbangan cairan Intra vaskuler terpenuhi dibuktikan dengan tekanan darah sistolik antara 100-120 mmhg, nadi antara 60-100 x/mngt
Ø NOC 3 : Hidrasi cairan intra vaskuler tercukupi dibuktikan dengan ; pulsasi nadi kuat, tetesan infuse lancer, produksi urin cukup

Ø NIC 2 :
-    Pantau status hidrasi (tensi dan nadi)
-    Pantau kadar hb
Ø NIC 3 :
-    Pantau jumlah kehilangan darah dengan mengobservasi adanya distensi abdomen oleh darah
-    Kaji adanya tanda-tanda syok hipovolemik
Ø NIC 5 :
-    Berikan therapy intra vena sesuai program dokter
-    Catat haluaran urin dan laporkan bila jumlah kurang dari 1cc/kgbb/jam
-    Catat semua jumlah masukan cairan infuse selama 24 jam
2.   Nyeri berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera : trauma fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1 x 24 jam nyeri  teratasi dengan criteria hasil :
Ø NOC 2 : Pengandalian nyeri efektif dibuktikan dengan psien mampu melakukan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
Ø NOC 3 : Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan skala nyeri antara 1-5
Ø NIC 1 : pemberian analgesic
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
-    Kelola nyeri dng pemberian pioid yang terjadwal
-    Sesuaikan frekuensi dan dosis dengan hasil pengkajian nyeri
-    Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
Ø NIC 3 :Peñatalaksanaan nyeri :
-    Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kwalitas, intensitas dan factor presipitasinya
-    Observasi tanda non verbal adanya nyeri
-    Ajarkan tehnik manipulasi nyeri : tehnik relaksasi
-    Libatkan pasien dan keluarga untuk menginformasikan kepada perawat jika skala nyeri berkurang atau tehnik pengurangan nyeri tidak tercapai
3.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan criteria hasil :
Ø NOC 2 : Status gizi asupan makanan dan cairan seimbang dibuktikan dengan pasien menyampaikan tidak mual, nafsu makan meningkat
Ø NOC 3 : status gizi terpenuhi dibuktikan dengan BB pasien tidak turun selama 1 minggu
Ø NIC 2 : pengelolaan nutrisi :
-    Cari jenis makanan kesukaan pasien dan sajikan selama tidak ada kontra indikasi
-    timbang berat badan pasien tiap 2 hari sekalidukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah selama tidak ada kontra indikasitentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien

I.       Evaluasi
Evaluasi pada trauma abdomen berfokus pada masalah keperawatan yang muncul dan apakah tujuan dari asuhan yang diberika dapat tercapai atau belum. Evaluasi meliputi subyektif, obyektif, assessment dan plan selanjutnya.
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :
1.      Keseimbangan cairan intra vaskuler dapat terpenuhi sampai masa penyembuhan traumanya
2.      Nyeri dapat berkurang atau hilang
3.      Kebutuhan nutrisi pasien selama dalam masa penyembuhannya terpenuhi sehingga tidak memnghambat masa penyembuhan dan tidak terjadi komplikasi


                                                







































DAFTAR PUSTAKA


Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,             Edisi 6. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson & Nancy R.Ahern 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 9. Alih bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta : EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan   Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media      Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth   Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :        EGC
Training. 2009. Primarytraumacare.(http ://www.primarytraumacare.org/   ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17, 2009, 13.10 1m, diakses: 12  september 2011)

No comments:

Post a Comment