A. Pengertian
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat
berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI,
1995)
Trauma
abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen (Temuh
Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
(Sjamsuhidayat, 1997).
B. Etiologi
Penyebab trauma abdomen secara umum adalah
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian.
Menurut Sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah,
sebagai berikut :
1. Penyebab
trauma penetrasi
a.
Luka akibat terkena tembakan
b.
Luka akibat
tikaman benda tajam
c.
Luka akibat
tusukan
2. Penyebab
trauma non-penetrasi
a.
Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b.
Hancur
(tertabrak mobil)
c.
Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d.
Cidera
akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
C. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia ( akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah
raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor - faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat
benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang
akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari
permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung
pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas
adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan
dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
1.
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan
hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat
maupun organ berongga.
2.
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding
abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3.
Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak
dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
D. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri
dari :
1.
Kontusio dinding abdomen
Disebabkan
trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2.
Laserasi
Jika
terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut
Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1.
Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh
bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2.
Luka tusuk (trauma penetrasi) pada
abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
3.
Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus
sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
E. Pathways
Kekurangan
volume cairan
|
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari kebutuuhan tubuh
|
Nyeri
|
Perut
kembung
|
Rangsangan
N.Vagus
|
Mual/Muntah/
Anorexia
|
Motilitas usus↓
|
Trauma
( Kecelakaan)
|
Penetrasi
|
Non
Penetrasi
|
Laserasi
Abdomen
|
Haematom/
Ekimosis/kontusio Organ Viseral (usus,ginjal, lien, hepar, buli”,dll)
|
Laserasi
Organ Viseral (usus,ginjal, lien, hepar, buli”,dll)
|
Perdarahan
|
Peritonitis
|
Regangan
dan penekanan pd jaringan/organ
|
(Sumber : Mansjoer,2001)
F. Pengkajian
Keperawatan
1.
Pengkajian
Primer
a. Airways
1) Sumbatan benda asing
atau darah
2) Snoring
3) Wheezing atau krekles
b.
Breathing
1)
Sesak
dengan aktifitas ringan atau istirahat
2)
RR
lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3)
Ronchi,
krekles
4)
Ekspansi dada tidak penuh
5)
Penggunaan
otot bantu nafas
c.
Circulation
1)
Nadi
lemah , tidak teratur
2)
Takikardi
3)
TD
meningkat / menurun
4)
Edema
5)
Gelisah
6)
Akral
dingin
7)
Kulit
pucat, sianosis
8)
Output urine menurun
d.
Dissability
Periksa
kesadaran pasien
e.
Exposure
Lakukan
pemeriksaan pada bagian tubuh lainnya, cari adanya jejas atau tanda-tanda
trauma di bagian tubuh yang lain.
2. Pengkajian Sekunder
a.
Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak
dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak teratur.
Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat /
aktifitas
b.
Sirkulasi
Tanda :
1)
TD dapat normal atau naik/turun.
2)
Nadi dapat normal, penuh / tak kuat
atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratur (distritnya)
3)
Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3
/ S4 mungkin menunjukkan gagal jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
4)
Murmur, bila ada menunjukkan gagal
katub/disfungsi otot papiler
5)
Friksi dicurigai perikarditis
6)
Irama jantung : dapat teratur/tidak
teratur
7)
Edema : distensi vena jugular, edema
dependen / perifer, edema umum krekels mungkin ada dengan gagal jantung
8)
Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu
kuku datar pada membran mukosa dan bibir.
c.
Integritas
Ego
Gejala :
menyangkal gejala penting/adanya kondisi
Tanda : menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri
d.
Eliminasi
Tanda : bunyi
usus menurun, jumlah dan warna urin
e.
Makanan
/ Cairan
Gejala :
mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati / terbakar,
penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
Tanda : muntah,
perubahan berat badan.
f.
Higiene
Tanda/gejala :
kesulitan melakukan tugas perawatan
g.
Neurosensori
Gejala :
pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h.
Nyeri
/ ketidaknyamanan
Gejala : nyeri
dada yang timbulnya mendadak
Lokasi : tipikal pada dada
anterior,subternal, prekordia, dapat menyerang ke tangan, rahang wajah.
Kualitas :
menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Intensitas :
biasanya pada skala 1-5
Catatan : nyeri
mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan DM, hipertensi,
lansia.
Tanda :
-
Wajah meringis
-
Perubahan postur tubuh
-
Menarik diri, kehilangan kontak mata
-
Respon otomatik : perubahan frekuensi /
irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit,
kelembaban, kesadaran.
i.
Pernafasan
Gejala :
- Dyspnea dengan
/ tanpa kerja, dyspnea nokturnal
- Batuk dengan /
tanpa sputum
- Riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
-
Peningkatan frekuensi pernafasan
-
Sianosis
-
Bunyi nafas : bersih/krekels
- Sputum : bersih, merah muda kental
j.
Interaksi
social
Gejala :
-
Stres saat ini contoh kerja, keluarga
-
Kesulitan koping dengan stresor yang ada
Tanda :
-
Kesulitan istirahat dengan tenang
-
Menarik diri dari keluarga
G. Diagnosa
Keperawatan
1.
Defisit volume cairan : intra
vaskuler berhubungan dengan perdarahan aktif
2.
Nyeri berhubungan dengan agen-agen
penyebab cedera : trauma fisik
3.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
H. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Keperawatan
|
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
1.
Defisit
volume cairan : intra vaskuler berhubungan dengan perdarahan aktif
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama1 x 24 jam deficit volume cairan teratasi dengan criteria
hasil :
Ø NOC 2 :
Keseimbangan cairan Intra vaskuler terpenuhi dibuktikan dengan tekanan darah
sistolik antara 100-120 mmhg, nadi antara 60-100 x/mngt
Ø NOC 3 :
Hidrasi cairan intra vaskuler tercukupi dibuktikan dengan ; pulsasi nadi
kuat, tetesan infuse lancer, produksi urin cukup
|
Ø NIC 2 :
-
Pantau status hidrasi (tensi dan nadi)
-
Pantau kadar hb
Ø NIC 3 :
-
Pantau jumlah kehilangan darah dengan mengobservasi
adanya distensi abdomen oleh darah
-
Kaji adanya tanda-tanda syok hipovolemik
Ø NIC 5 :
-
Berikan therapy intra vena sesuai program dokter
-
Catat haluaran urin dan laporkan bila jumlah kurang
dari 1cc/kgbb/jam
-
Catat semua jumlah masukan cairan infuse selama 24
jam
|
2.
Nyeri berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera :
trauma fisik
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama1 x 24 jam nyeri
teratasi dengan criteria hasil :
Ø NOC 2 : Pengandalian
nyeri efektif dibuktikan dengan psien mampu melakukan tehnik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Ø NOC 3 :
Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan skala nyeri antara 1-5
|
Ø NIC 1 :
pemberian analgesic
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
-
Kelola nyeri dng pemberian pioid yang terjadwal
-
Sesuaikan frekuensi dan dosis dengan hasil
pengkajian nyeri
-
Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
Ø NIC 3
:Peñatalaksanaan nyeri :
-
Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kwalitas, intensitas dan factor
presipitasinya
-
Observasi tanda non verbal adanya nyeri
-
Ajarkan tehnik manipulasi nyeri : tehnik relaksasi
-
Libatkan pasien dan keluarga untuk menginformasikan
kepada perawat jika skala nyeri berkurang atau tehnik pengurangan nyeri tidak
tercapai
|
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7 x 24 kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan criteria hasil :
Ø NOC 2 :
Status gizi asupan makanan dan cairan seimbang dibuktikan dengan pasien
menyampaikan tidak mual, nafsu makan meningkat
Ø NOC 3 :
status gizi terpenuhi dibuktikan dengan BB pasien tidak turun selama 1 minggu
|
Ø NIC 2 :
pengelolaan nutrisi :
-
Cari jenis makanan kesukaan pasien dan sajikan
selama tidak ada kontra indikasi
-
timbang berat badan pasien tiap 2 hari sekalidukung
anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah selama
tidak ada kontra indikasitentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien
|
I. Evaluasi
Evaluasi pada trauma abdomen
berfokus pada masalah keperawatan yang muncul dan apakah tujuan dari asuhan
yang diberika dapat tercapai atau belum. Evaluasi meliputi subyektif, obyektif,
assessment dan plan selanjutnya.
Evaluasi addalah stadium pada proses
keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan
dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :
1.
Keseimbangan
cairan intra vaskuler dapat terpenuhi sampai masa penyembuhan traumanya
2.
Nyeri
dapat berkurang atau hilang
3.
Kebutuhan nutrisi pasien selama
dalam masa penyembuhannya terpenuhi sehingga tidak memnghambat masa penyembuhan
dan tidak terjadi komplikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan
Ed.31. Jakarta: EGC
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan
Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6.
Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson & Nancy R.Ahern
2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
edisi 9. Alih bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta : EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3.
Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis :
Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1.FKUI : Media Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC
Training. 2009. Primarytraumacare.(http
://www.primarytraumacare.org/ ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17,
2009, 13.10 1m, diakses: 12 september
2011)
No comments:
Post a Comment