LAPORAN PENDAHULUAN
DHF
A.
Pengertian
Dengue
Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan dapat enyerang
semua orang terutama anak – anak dan dapat menyebabkan kematian (Departemen
Kesehatan RI, 2000). Lebih lanjut (Smeltzer, 2001) merumuskan Dengue Hemoragic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor virus yang dibawa oleh
nyamuk Aedes Aegypti. Sedangkan menurut (Nelson, 2000) Dengue Hemoragic Fever
(DHF) adalah Demam dengue yang disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa
arthropoda, ditandai dengan demam.
B. Etiologi
Pada
umumnya maysarakat kita mengetahui penyebab dari DHF adalah melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengan serotive 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di kawasan tropis dan
berkembangbiak pada sumber air yang tergenang (Smeltzer, 2001).
C. Pathofisiologi
1.
Virus
Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan
dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII,
IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara
akut.
4.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya
plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
D.
Pathway
E.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang
mincul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15
hari. Penderita biasanya mengalami demam akut sering disertai tubuh menggigil.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya
perdarahan, perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan pada kulit,
perdarahan lainseperti melena. Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri
khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita
DHF adalah
1.
Keluhan pada pernafasan seperti
batuk, pilek dan sakit waktu menelan.
2.
Keluhan pada saluran pencernaan
seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan konstipasi.
3.
Keluhan sistem tubuh yang lain
diantaranya sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi, nyeri ulu hati, pegal –
pegal di seluruh tubuh.
F. Klasifikasi DHF
DHF dapat
diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, WHO (1986) membagi
menjadi empat kategori (Soegeng Soegijanto, 2002)
1.
Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya
berupa torniket tes yang positif.
2.
Derajat II
Gejala demam yang diikuti perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan
di bawah kulit.
3.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisah, cianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda –
tanda awal renjatan).
4.
Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
G.
Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Memonitor vital sign
b. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
c. Memonitor tanda dehidrasi dan overhidrasi
d. Memonitor tanda-tanda syok
e. Memonitor perdarahan dan kebocoran plasma
f. Mengelola infuse dan tranfusi
g. Memenuhi kebutuhan nutrisi
h. Mengontrol dan mengatasi demam
i. Tirah baring
j. Mengelola pemberian oksigen jika diperlukan
2. Medis
a.Terapi intravena : RL, Asering
b.Tranfusi sesuai kebutuhan : plasma , trombosit, Whole Blood
c. Antipiretik : paracetamol 10 mg/kg BB/pemberian. Tidak boleh diberikan aspirin, Proris / ibuprofen dapat memperberat
trombositopenia
d. Oksigenasi jika diperlukan
e.Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati, atau jika ada
infeksi sekunder
H.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
: umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada
yang terkena DB ?)
b. Riwayat
Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang
diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetik atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah
keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran,
vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
d. Sistem
persepsi sensori :
1. Penglihatan : edema palpebra, air mata
ada / tidak, cekung / normal
2. Pengecapan : rasa haus
meningkat/tidak, lidah lembab / kering
e. Sistem
persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
f. Sistem
pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo,
krakles
g. Sistem
kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill
lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
h. Sistem
gastrointestinal :
Ø Mulut : membran mukosa lembab / kering, perdarahan
gusi
Ø Perut : turgor ?, kembung / meteorismus,
distensi, nyeri, asites, lingkar perut ?
Ø Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam),
volume, bau, konsistensi, darah, melena
i Sistem
integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan
bekas tempat injeksi ?
j. Sistem
perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
k. Pola
Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi,
bau, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria,
anuria
4) Pola aktifitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola percaya diri dan konsep diri
I.Diagnosa
Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic,
dehidrasi, viremia
2) PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma,
perdarahan,
3) Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt
serial), hospitalisasi.
4) Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5) Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
6) Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga
paru
7) Resiko kelebihan volume cairan
J.Rencana Keperawatan
1.
|
Hipertermi b.d, pening-katan metabolik, viremia
Batasan karakteristik :
- Suhu
tubuh > nor-mal
- Kejang
- Takikardi
- Respirasi
meningkat
- Diraba
hangat
- Kulit
memerah
|
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama … X 24 jam suhu
badan pasien normal, dengan kriteria :
Termoregulasi (0800)
- Suhu
kulit normal
- Suhu
badan 35,9˚C- 37,3˚C
- Tidak
ada sakit kepa-la / pusing
- Tidak
ada nyeri otot
- Tidak
ada perubahan warna kulit
- Nadi,
respirasi dalam batas normal
- Hidrasi
adequate
- Pasien
menyatakan nyaman
- Tidak
menggigil
- Tidak
iritabel / gra-gapan / kejang
|
Pengaturan Panas (3900)
1. Monitor
suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan
darah, nadi dan respirasi
3. Monitor
suhu dan warna kulit
4. Monitor
dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan
intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan
klien bagaimana mencegah panas yang tinggi
7. Berikan
obat antipiretik
8. Berikan
obat untuk mencegah atau me-ngontrol menggigil
Pengobatan Panas (3740)
1. Monitor
suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor
IWL
3. Monitor
suhu dan warna kulit
4. Monitor
tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor
derajat penurunan kesadaran
6. Monitor
kemampuan aktivitas
7. Monitor
leukosit, hematokrit, Hb
8. Monitor
intake dan output
9. Monitor
adanya aritmia jantung
10. Dorong
peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan
intravena
12. Tingkatkan
sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau
lakukan oral hygiene
14. Berikan obat
antipiretik untuk mencegah klien menggigil / kejang
15. Berikan obat
antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin
diselangkangan, dahi dan aksila.
18. Anjurkan klien
untuk tidak memakai selimut
19. Anjurkan klien
memakai baju berbahan dingin, tipis dan menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan
ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan
tempat tidur dan kain / linen yang bersih dan nyaman
3. Batasi
pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan
klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan
sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci
tangan sebelum dan sesudah me-lakukan kegiatan perawatan klien
4. Ganti
tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan
perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong
klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan
pemasangan infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan
klien minum antibiotik sesuai advis
dokter
|
2.
|
PK: Syok hipovolemia b.d kebocoran plasma, perdarahan ,
dehidrasi
|
Setelah dilakukan tindak-an / penanganan selama 1 jam diharapkan
klien mempunyai perfusi yang adekuat, dengan criteria :
Kriteria hasil :
- Amplitudo
nadi perifer meningkat
- Pengisian
kapiler singkat (< 2 detik)
- Tekanan
darah dalam rentang normal
- CVP
> atau = 5 cm H2O
- Frekuensi
jantung teratur
- Berorientasi
terhadap waktu, tempat, dan orang
- Keluaran
urin > atau = 30 ml/jam
- Akral
hangat
- Nadi
teraba
- Membran
mukosa lembab
- Turgor
kulit normal
- Berat
badan stabil dan dalam batas normal
- Kelopak
mata tidak cekung
- Tidak
demam
- Tidak
ada rasa haus yang sangat
- Tidak
ada napas pen-dek /kusmaul
|
1. Kaji
dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna : ekstremitas
dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler lambat.
2. Pantau
tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada pembacaan lebih dari 20
mmHg di bawah rentang normal klien atau indicator lain dari hipotensi :
pusing, perubahan mental, keluaran urin menurun.
3. Bila
hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk meningkatkan
aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg untuk
perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
4. Pantau
CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan aliran balik vena dan
volume darah; 5-10 cm H2O biasanya dianggap rentang yang adekuat.
Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait dengan
keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan peningkatan frekuensi jantung yang
ditemukan pada hipovolemia.
5. Observasi
terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah, konfusi, penurunan
tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi klien dari cidera
dengan meninggikan pengaman tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada
posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai indikasi.
6. Pantau
terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada, frekuensi
jantung tidak teratur.
7. Pantau
hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl)
meninggi ; laporkan peningkatan.
8. Pantau
nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama Natrium
(>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia :
kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak teratur. Juga pantau
tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.
9. Berikan
cairan sesuai program untuk meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan jumlah
cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis klien : RL, Asering
10. Siapkan untuk
pemindahan klien ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen : 1996)
|
3.
|
Takut b.d prosedur pe-ngambilan darah, hos-pitalisasi,
pengalaman / lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)
Batasan
karakteristik :
- Panik
- Teror
- Perilaku
menghindar atau menyerang
- Impulsif
- Nadi, respirasi, TD
sistolik meningkat
- Anoreksia
- Mual,
muntah
- Pucat
- Stimulus
sebagai ancaman
- Lelah
- Otot
tegang
- Keringat
meningkat
- Gempar
- Ketegangan
me-ningkat
- Menyatakan
takut
- Menangis
- Protes
- Melarikan
diri
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam rasa
takut klien berkurang, dengan criteria :
Fear control (1404) :
- Klien
tidak menye-rang atau menghin-dari sumber yang menakutkan
- Klien
menggunakan teknik relaksasi un-tuk mengurangi takut
- Klien
mampu meng-ontrol respon takut
- Klien
tidak melarika diri
- Durasi
takut menu-run
- Klien
kooperatif saat dilakukan perawatan dan pengobatan
Anxiety control (1402)
- Tidur
pasien adekuat
- Tidak
ada manifes-tasi fisik
- Tidak
ada manifes--tasi perilaku
- Klien
mau berinter-aksi sosial
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji
respon takut klien : data objektif dan subyektif
2. Jelaskan
klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan
klien / keluarga tentang semua pemeriksaan dan pengobatan
4. Sampaikan
sikap empati (diam, mem-berikan sentuhan, mengijinkan menangis, berbicara
dll)
5. Dorong
orang tua untuk selalu menemani anak
6. Berikan
pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
7. Dorong
klien untuk melakukan aktifitas social dan komunitas
8. Dorong
penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1. Jelaskan
semua prosedur termasuk pe-rasaan yang mungkin dialami selama menjalani
prosedur
2. Berikan
objek yang memberikan rasa aman
3. Berbicara
dengan pelan dan tenang
4. Membina
hubungan saling percaya
5. Jaga
peralatan pengobatan di luar penglihatan pasien
6. Dengarkan
klien dengan penuh perhatian
7. Ciptakan
suasana saling percaya
8. Dorong
klien mengungkapkan perasaan, persepsi klien dan takut secara verbal
9. Berikan
aktivitas/peralatan yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
10. Anjurkan klien
menggunakan teknik relaksasi
11. Anjurkan orang
tua untuk membawakan mainan kesukaan dari rumah
12. Mengusahakan
untuk tidak mengulang pengambilan darah
13. Libatkan orang
tua dalam perawatan dan pengobatan
14. Berikan lingkungan yang tenang, batasi
pengunjung
|
4.
|
Defisit self care berhu-bungan dengan kelemah-an
|
NOC:
Perawatan diri :
(mandi,
Makan Toiletting, berpakaian)
Setelah diberi motivasi perawatan selama ….x 24 jam,
klien mengerti cara memenuhi ADL secara bertahap sesuai kemam-puan, dengan
indicator :
· Mengerti
secara seder-hana cara mandi, ma-kan, toileting, dan ber-pakaian serta
mau men-coba secara aman tanpa cemas
· Klien
mau berpartisipasi dengan senang hati tanpa keluhan dalam me-menuhi ADL
|
NIC: Membantu perawatan diri klien
Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan
alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan
klien dan dampingi
3. Berikan
bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan
pada Klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan
pakaian di tempat yg mudah di jangkau
3. Bantu
berpakaian yang sesuai
4. Jaga privcy
klien
5. Berikan
pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan
duduk dan berdo’a bersama teman
2. Dampingi
saat makan
3. Bantu
jika klien belum mampu dan beri contoh
4. Beri
rasa nyaman saat makan
|
5.
|
Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
(perdarahan, lemah, rewel, sesak na-fas, gelisah)
Batasan karakteristik :
- Orang
tua sering bertanya
- Orang
tua meng-ungkapkan perasaan cemas
- Khawatir
- Kewaspadaan
me-ningkat
- Mudah
tersinggung
- Gelisah
- Wajah
tegang, me-merah
- Kecenderungan
me-nyalahkan orang lain
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama …
X pertemuan kece-masan orang tua berku-rang, dengan kriteria
:
Anxiety control (1402)
- Tidur adekuat
- Tidak
ada manifest-tasi fisik
- Tidak
ada manifest-tasi perilaku
- Mencari
informasi untuk mengurangi cemas
- Menggunakan
teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
- Berinteraksi
social
Aggression Control (1401)
- Menghindari
kata yang meledak-ledak
- Menghindari
perila-ku yang merusak
- Mampu
mengontrol verbal
Coping (1302)
- Mampu
mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
- Mampu
mengontrol verbal
- Melaporkan
stress / cemasnya berkurang
- Mengungkapkan
me-nerima keadaan
- Mencari
informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
- Memanfaatkan
du-kungan social
-
Anxiety control (1402)
- Tidur adekuat
- Tidak
ada manifest-tasi fisik
- Tidak
ada manifest-tasi perilaku
- Mencari
informasi untuk mengurangi cemas
- Menggunakan
teknik relaksasi untuk me-ngurangi cemas
- Berinteraksi
social
Aggression Control (1401)
- Menghindari
kata yang meledak-ledak
- Menghindari
perila-ku yang merusak
- Mampu
mengontrol verbal
Coping (1302)
- Mampu
mengidenti-fikasi pola koping yang efektif dan ti-dak efektif
- Mampu
mengontrol verbal
- Melaporkan
stress / cemasnya berkurang
- Mengungkapkan
me-nerima keadaan
- Mencari
informasi berkaitan dengan pe-nyakit dan pengo-batan
- Memanfaatkan
du-kungan sosial
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji
respon cemas orang tua
2. Jelaskan
orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Jelaskan
orang tua tentang prosedur pemeriksaan, perawatan dan pengobatan
4. Beritahu
dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit anaknya
5. Dorong
penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1 Jelaskan
semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani
prosedur
2 Berikan
objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3 Berbicara
dengan pelan dan tenang
4 Membina
hubungan saling percaya
5 Dengarkan dengan
penuh perhatian
6 Ciptakan
suasana saling percaya
7 Dorong
orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8 Berikan
peralatan / aktivitas yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9 Anjurkan
untuk menggunakan teknik re-laksasi
10 Berikan
lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran,
Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
Budi
Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
Dina
Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
Fakultas Kedokteran UGM, Demam Berdarah
Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan bagi
Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
No comments:
Post a Comment